Menperin: MEA Momentum Meningkatkan Kerjasama Kekuatan ASEAN
By Admin
nusakini.com--Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi momentum penting bagi negara-negara ASEAN untuk semakin meningkatkan kerja sama ekonomi yang saling melengkapi satu sama lain. Pasalnya, selama ini mayoritas perdagangan negara-negara anggota ASEAN justru dilakukan dengan negara-negara non-ASEAN.
Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga hartarto ketika menjadi pembicara pada acara Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2016 dengan tema The Asian Economic Community: Are We Ready? How Can We Better Compete and Excel in the AEC/MEA? di Jakarta akhir pekan lalu..
“Kami melihat, implementasi MEA ini dapat menunjukkan potensi perdagangan intraregional ASEAN yang harus dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, pemberlakuan MEA, diharapkan dapat membentuk kekuatan pembangunan ekonomi di kawasan ASEAN secara keseluruhan,” paparnya.
Menurut Airlangga, pihaknya sejak lama telah memetakan sektor-sektor industri yang perlu diperkuat penetrasi pasarnya di dalam negeri dan sektor industri yang perlu dipersiapkan untuk bersaing di pasar ASEAN. Sektor industri yang diyakini bisa bersaing di pasar ASEAN di antaranya, sektor industri agro (kakao, karet, CPO), perikanan dan produk olahan ikan, tekstil dan produk tekstil, alas kaki dan kulit, furnitur, makanan dan minuman, pupuk dan petrokimia, industri otomotif, mesin dan perkakas, serta industri besi dan baja. Sebaliknya, Kementerian Perindustrian telah membentengi sejumlah industri yang dikhawatirkan pangsa pasarnya di dalam negeri dapat terkena guncangan akibat implementasi MEA.
“Selain mempersiapkan strategi ofensif untuk menembus pasar ASEAN, kami juga telah mengantisipasi dengan strategi defensif untuk penguatan pasar dalam negeri terhadap sektor industri tertentu, seperti industri otomotif, elektronik, semen, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman, serta furnitur,” paparnya.
Di samping itu, Airlangga mengingatkan agar Indonesia bisa terus meningkatkan berbagai aspek yang terkait indeks daya saing global. Selanjutnya, penguatan dan pendalaman struktur industri dalam rangka peningkatan daya saing produk perlu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. “Terakhir, peningkatan kualitas sumber daya manusia industri yang juga sangat mendesak untuk dilakukan melalui sertifikasi kompetensi,” ujarnya.
Sebelumnya, Menperin menerima Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia Franciscus Welirang di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat sore (16/9/2016). Dalam kesempatan tersebut, Menperin mengharapkan emiten atau perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia khususnya industri manufaktur untuk terus berekspansi di Indonesia.
Hal ini didasarkan karena permintaan atas produk-produk manufaktur masih cukup tinggi. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah akan menyiapkan insentif bagi para emiten industri yang bersedia melakukan peningkatan kapasitas di dalam negeri. Apalagi, menurutnya, industri manufaktur yang sudah jadi perusahaan publik atau berstatus terbuka dinilai telah unggul di sektornya.
"Kami akan memanggil pelaku industri yang telah melantai di bursa terutama sektor manufaktur untuk ekspansi karena demand-nya masih ada.Mereka sebagai perusahaan yang di sektornya sudah unggul. Bagi yang sudah berinvestasi,kami berikan kesempatan untuk ekspansi," ujarnya.
Airlangga mengungkapkan, terkait pembiayaan ekspansi, sebagai perusahaan yang telah melantai di bursa, seharusnya tidak sulit untuk mendapatkan dana perluasan usaha. Selain itu, dengan adanyatax amnestydiharapkan akan meningkatkan kepercayaan investor untuk memasukan dananya ke Indonesia. "Untuk pembiayaan mereka sudah di capital market, jadi lebih mudah. Dan,tax amnesty ini momentum untuk meningkatkan kembali kepercayaan pasar. Ini bisa dimanfaatkan," tuturnya.
Selain itu, bagi pemilik perusahaan yang ikut dalam tax amnesty dan memulangkan dananya ke dalam negeri (repatriasi), maka investasi di sektor riil menjadi pilihan yang tepat untuk menampung dana repatriasi tersebut. Terlebih lagi dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan industri mengalami tren positif. "Dana repatriasi masing-masing tergantung pada instrumen investasi, kalau ini langsung ke sektor riil. Kecuali mereka mau pakai obligasi. Kita dorong kesempatan, ada kawasan industri yang disediakan," papar Airlangga.
Salah satu sektor manufaktur yang didorong untuk berekspansi, yakniindustri makanan dan minuman karena memiliki kinerja yang positif di atas pertumbuhan ekonomi nasional. "Kebutuhan terhadap kemasan di industri ini pun meningkat sehingga kami melihat ada peluang untuk berekspansi," tuturnya.
Selain memberikan insentif yang diinginkan pelaku industri, Airlangga mengatakan, Pemerintah juga akan mendorong pendalaman struktur pada masing-masing sektor."Sebagai contoh, beberapa hari lalu kami meresmikan pabrik pemasok baja otomotif untuk mensubstitusi kebutuhan yang selama ini masih diimpor," kata Airlangga.(p/ab)